Jumat, 18 November 2011

Mencegah keterlambatan berbicara

Salah satu respon yang diperhatikan dalam perkembangan anak adalah memalui bahasa. Anak dikatakan keterlambatan dalam berbahasa apabila sampai usia 36 bulan tidak dapat berbahasa dengan baik atau tidak dapat merespon dengan bahasa.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keterlambatan dalam berbicara, yaitu :
  1. Ajaklah anak anda berbicara dengan cara yang benar.
  2. Berikan dorongan dengan cara bertanya, mengajaknya bercerita atau menjawab pertanyaan anda.
  3. Gunakan satu bahasa dalam berbicara agar anak tidak bingung.
  4. Membacakan buku cerita pada anak dapat merangsang otaknya untuk mengingat kata dan  menstimulasinya untuk mengucapkan kata demi kata.
  5. Merangsang indra visual juga merupakan salah satu cara untuk mengajarkannya berbicara. Dengan melihat akan merespon anak untuk berceloteh dan bercerita dengan bahasanya.
  6. Berusahalah menjadi pendengar yang baik. Jangan menertawakan atau mengejek jika anak salah dalam mengucapkan kata.

Menghadapi anak demam

Hal sepele yang sering membuat orang tua merasa panik adalah ketika suhu tubuh anak meningkat. Demam adalah kondisi fisiologis tubuh yang merupakan reaksi awal dari gejala infeksi. Ketika suhu tubuh meningkat maka pada saat itu tubuh sedang melakukan respon terhadap toksin yang dikeluarkan oleh bakteri atau virus. Tidak semua peningkatan suhu tubuh itu harus diobati. Selama suhu anak tidak lebih dari 38,5'C, anak tidak memerlukan antipiretik, kecuali jika anak memiliki riwayat kejang demam. Berikan antipiretik/penurun suhu tubuh yang aman bagi anak, misalnya paracetamol, ibuprofen dan aspirin sesuai dengan dosis berdasarkan berat badan bukan berdasarkan umur. Bila dalam waktu > 24 jam anak masih demam, maka segera hubungi dokter anak.

Jika suhu anak dibawah 38,5'C, tidak perlu diberikan penurun panas, cukup berikan kompres air hangat, bukan air dingin. Mengapa bukan air dingin? karena jika memberikan kompres air dingin, maka pada saat itu otak akan merespon suhu diluar dalam keadaan dingin, dan tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan suhu, sehingga suhu anak akan lebih tinggi dari sebelumnya. 

American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan cara mengompres sebagai berikut:
  1. Mengkompres dengan menggunakan air hangat, tidak dengan air dingin
  2. Anak diusap dengan menggunakan lap atau busa yang dibasahi dengan air hangat pada seluruh permukaan tubuh (badan, lengan, dan tungkai) sampai suhu normal. Biasanya suhu akan turun setelah pengompresan 30-45 menit.
  3. Jangan menggunakan alkohol, karena alkohol akan diserap oleh kulit atau dihirup pernafasan, dapat menyebabkan koma.
  4. Pada suhu yang sangat tinggi lebih dari 41.10C / hiperpireksia yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang tinggi (heat stroke), kompres dilakukan dengan menggunakan air dingin,dan letakkan anak di ruangan yang dingin.
  5. Ketika anak demam diperbolehkan untuk tidur di ruangan dengan pendingin udara / AC, kipas angin dengan suhu kamar sekitar 230C.
  6. Gunakan pakaian tipis yang menyerap keringat dan tidak perlu menggunakan baju yang tebal, ketika anak menggigil itu penanda bahwa suhu tubuh akan meningkat jadi tidak perlu diberi jaket atau selimut.
  7. Berikan minum yang lebih banyak dari biasanya (air putih, susu, atau jus buah). Selama demam anak tidak harus tiduran di dalam kamar, boleh melakukan aktifitas fisik ringan di dalam rumah, tidak boleh berlari-lari atau aktifitas fisik yang berlebihan.

It's about Asperger Syndrome

Aspergers Syndrom adalah merupakan salah satu tipe pervasive development disorder (PDD). PDDs merupakan sekelompok kondisi termasuk keterlambatan perkembangan keahlian dasar seperti keterampilan bersosialisasi dengan, berkomunikasi dan menggunakan imajinasi. Sekilas, Asperger ini memang mirip dengan Autis. Apalagi mengingat autis juga merupakan salah satu penyakit PDD. Akan tetapi, anak-anak dengan Asperger’s syndrome pada umumnya mempunyai fungsi lebih baik dibandingkan anak-anak autisme. Namanya diambil dari seorang dokter asal Austria yang bernama Han Asperger yang menemukan gejala tersebut pada tahun 1944. 
Gejala Asperger’s syndrome bervariasi dan mempunyai rentang dari ringan hingga berat. Gejala-gejala umum seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka. Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang penyandang SA mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang (orientasi ruang dan bentuk).
Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang berwarna lembut (dan sering mendapat serangan panik yang berlebihan seperti phobia terhadap warna-warna tertentu yang biasa nya berwarna terang), makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya.
Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya.Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja berlaku kasar atau berlaku tidak sopan, dan yang lebih penting lagi, adalah bukan dikarenakan ‘hasil didikan orang tua yang tidak benar’.
Gejala umum anak pengidap SA:
1. Gangguan keterampilan sosial. Anak-anak dengan Asperger’s syndrome pada umumnya kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan seringkali kaku dalam situasi sosial. Pada umumnya mereka sulit berteman.
2. Perilahu eksentrik atau kebiasaan yang berulang-ulang. Anak-anak dengan kondisi ini kemungkinan melakukan gerakan yang berulang-ulang, seperti meremas-remas atau memutar jari tangan.
3. Ritual yang tidak biasa. Anak dengan Asperger’s syndrome kemungkinan mengembangkan ritual yang selalu diikuti, seperti mengenakan pakaian dengan urutan tertentu.
4. Kesulitan komunikasi. Orang-orang dengan Asperger’s syndrome kemungkinan tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan seseorang. Mereka mungkin bermasalah menggunakan ekspresi dan gerak tubuh serta kesulitan memahami bahasa tubuh. Selain itu, mereka cenderung bermasalah memahami bahasa dalam konteks.Walaupun anak-anak penyandang SA biasanya berbicara lancar      saat mencapai usia lima tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks sosial (pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara /prosodi (tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara)
5. Keterbatasan ketertarikan. Anak dengan Asperger’s syndrome kemungkinan memiliki ketertarikan yang intens bahkan terobsesi terhadap beberapa bidang, seperti jadwal olahraga, cuaca atau peta.
6. Masalah koordinasi. Gerakan anak dengan Asperger’s syndrome kelihatan ceroboh dan kaku.Diperkirakan bahwa 50% – 90% dari penyandang SA mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya. Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah (locomotion), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.
Akan tetapi, orangtua yang memiliki anak penderita SA tidak jangan berkecil hati. Karena dibalik kekurangan, terdapat kelebihan. walaupun anak-anak pengidap SA ini memiliki keterbatasan, akan tetapi mereka bukanlah anak yang cacat mental seperti anggapan orang. Justru, dibalik kekurangannya, terdapat kelebihan yang tersembunyi yang jika orangtua penderita SA bisa dapat menggali potensi anak mereka tentu mereka akan bisa menjadikan anak yang membanggakan dibalik keterbatasannya dalam berkomunikasi.
Anak-anak penderita SA mempunyai konsentrasi yang sangat tinggi jika dibandingkan anak-anak lainnya. Jika orangtua dapat mengarahkan mereka sesuai dengan minatnya, tidak jarang anak-anak SA ini akan menjadi ahli dalam suatu bidang yang mereka minati. Seperti, banyak anak dengan Asperger’s syndrome sangat berbakat di bidang tertentu, seperti musik atau matematika atau sains dll.
Bahkan, walau mereka kesulitan dalam berkomunikasi, justru anak-anak pengidap SA (walau tidak semuanya) jika diajarkan, mereka justru seperti kamus berjalan yang dapat menyerap dengan cepat berbagai literatur bahasa walaupun kesulitan dalam menggunakannya ditingkat pergaulan sosialnya. Perbendaharaan kata-kata mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai ‘profesor kecil’.
Orang dengan gangguan Asperger paling cocok bekerja dengan bantuan teknologi, terutama internet. Ilmu komputer, teknik, ilmu alam juga merupakan pilihan karir yang tepat karena memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi dan tidak begitu memerlukan tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi seperti karir yang berhubungan dengan interaksi sosial.

Kamis, 17 November 2011

Mengatasi masalah Diaper Rash

Anak anda pernah mengalami ruam kemerahan pada daerah lipat paha??mungkin anak anda terkena alergi.
Ruam popok atau Diaper Rash adalah bercak kemerahan yang timbul didaerah yang di tutupi oleh popok. Ada banyak hal yang menyebabkan timbulnya bercak merah tersebut, salah satunya adalah iritasi terhadap bahan popok. Kelembaban disekitar daerah tersebut juga dapat menimbulkan infeksi sekunder yang akan menyebabkan kemerahan dan iritasi. 
Ada beberapa cara yang dapat anda lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya yaitu :
  • Keringkan kulit anak setelah mandi atau setelah buang air.
  • Jika kemerahan tersebut disebabkan karena iritasi terhadap bahan popok, maka gantilah dengan jenis lain.
  • Ganti popok sesering mungkin. 
  • Jaga kebersihan kulit anak. Menggosok kulit terlalu keras dapat menyebabkan kulit terkelupas dan mudah teriritasi.
  • Jangan menggunakan popok yang berbahan palstik.
  • Jika ruam kulit mengganggu aktifitas anak, segera obati ke dokter kulit.

Rabu, 09 November 2011

Kembangkan kemampuan anak autis

Jika anda selama ini berfikiran anak autis tidak lebih dari anak dengan cacat mental dan  keterbelakangan tingkat sosial. Maka mulai saat ini rubah mainset anda. Ada banyak hal yang mungkin tidak kita ketahui tentang kemampuan mereka. 

Pada umumnya mereka sama seperti dengan anak-anak normal lain. Kenali kemampuan mereka, asah potensi yang ada pada mereka. Untuk lebih jelasnya silakan lihat pada link dibawah ini : 


Perawatan bayi dengan ibu yang menderita HIV

HIV adalah virus RNA dari subfamili retrovirus. Infeksi HIV dapat menimbulkan defisiensi kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gejala berat yang disebut dengan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 1,5 juta anak terinfeksi HIV, dan diantara penderita AIDS dewasa, 30% adalah ibu, termasuk ibu hamil. Di Amerika Serikat 0,17% ibu hamil sero positif HIV I dengan angka penularan pada bayi nya sekitar 14-40%. Di Eropa angka penularan dari ibu ke bayi adalah 13-14%. 

Penularan dari ibu pada bayinya lebih progresif daripada pada anak. Di antar bayi-bayi yang mengalami penularan secara vertikal dari ibu, 80% menunjukkan gelaja pada usia 2 tahun. Sekitar 23% anak menunjukkan gambaran klinis AIDS pada usia 1 tahun dan 40%nya setelah usia 4 tahun.

Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
  • Mencegah penularan yang paling berbahaya, yaitu melalui percampuran darah ibu resiko tinggi dan bayi melalui plasenta, terutama bila ada korioamnionitis. Bila terjadi ketuban pecah dini, semakin lama resiko semakin tinggi.
  • Mencegah penularan melalui tranfusi darah.
  • Menghindari pemberian ASI dari ibu HIV. ASI dari ibu HIV berperan sebagai sumber penularan pascanatal terutama melalui kolostrum. Kemungkinan penularan melalui ASI sangat besar, terutama pada ibu-ibu menderita HIV beberapa bulan setelah melahirkan.
Diagnosis bayi dengan ibu menderita HIV dapat ditergakkan berdasarkan (1) dugaan infeksi berdasarkan gejala klinis dan resiko tertular pada daerah dengan prevalensi tinggi, (2) tes serologi.

Pemeriksaan Penunjang yang disarankan adalah :
  1. Antibodi HIV : Pada anak > 18 bulan dinyatakan positif bila Ig G anti-HIV (+) dengan pemeriksaan ELISA dan blot. Pada bayi < 18 bulan bila hasil positif (+) masih diragukan karena masih terdapat antibodi transplasenta dari ibu.
  2. Uji virologi untuk neonatus dengan pemeriksaan PCR, uji HIV dan deteksi antigen P24. Uji tersebut mendeteksi HIV pada 50% neonatus atau >95% bayi umur 3-6 bulan.
 Bagaimana cara perawatan bayi dengan resiko terinfeksi HIV???

Secara Umum :
  • Lakukan perawatan seperti bayi lain pada umumnya.
  • Berikan perhatian untuk mencegah infeksi
  • Bayi tetap diberi imunisasi rutin
  • Jaga kerahasiaan ibu dan keluarga.
Terapi Antiretroviral :
Tanpa pemberian antiretroviral, 25% bayi pada ibu dengan HIV positif akan tertular sebelum dilahirkan atau selama proses persalinan dan 15% nya tertular melalui ASI.
Obati bayi dan ibu sesuai dengan protokol dan kebijakan yang ada.
Misalnya : 
  • Bila ibu sudah mendapat AZT (Zidovudin) 4 minggu sebelum melahirkan, maka berikan AZT 2mg/kgbb per oral setiap 6 jam selama 6 minggu.
  • Bila ibu sudah mendapat nevirapin dosis tunggal selama persalinan. Segera berikan nevirapin dalam suspensi 2mg/kgbb per oral.

Pemberian ASI
Berikan konseling pada ibu mengenai pemberian ASI, terangkan mengenai penularan melalui ASI dan jelaskan mengenai kerugian pemberian susu formula. 
Berikan kebebasan pada ibu untuk memilih langkah selanjutnya. 
Tawarkan cara lain dalam pemberian ASI, misalnya anak diberikan ASI perasan dari ibu yang tidak menderita HIV. 
Berikan penjelasan mengenai cara dan waktu pemberian susu formula pada anak.

Sarankan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

Selasa, 08 November 2011

Seputar anak obesitas

Sekilas anak yang gemuk tampak menggemaskan, tapi siapa sangka kelebihan bobot tubuh dapat menyebabkan anak menjadi kurang sehat. Obesitas atau kegemukan adalah suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Ini berbeda dengan overweight yang diartikan sebagai kelebihan berat badan akibat penumpukan jaringan lemak atau non-lemak, misalnya pada seorang atlet binaragawan yang kelebihan bobot tubuhnya disebabkan karena pembesaran otot. 
Penderita obesitas berpotensi menderita berbagai macam penyakit misalnya gangguan jantung, diabetes melitus dll. Obesitas sudah dapat terjadi sejak bayi dan 15% obesitas terjadi pada bayi, 25% terjadi pada usia balita serta 80% terjadi pada usia remaja yang dapat menetap sampai dewasa. Menurut data SUSENAS prevalensi obesitas di Indonesia meningkat baik diperkotaan maupun dipedesaan. Pada tahun 1989 ditemukan prevalensi obesitas 4,6% pada laki-laki dan 5,9% pada perempuan, sedangkan pada tahun 1992 meningkat menjadi 6,3% pada laki-laki dan 8% pada perempuan. 

Jika seorang anak mengalami keluhan obesitas, maka perlu di telusuri apa penyebabnya. Apakah dari pola makan atau faktor keturunan. Selain itu, dampak obesitas pada anak juga perlu dievaluasi sejak dini. Beberapa hal yang perlu diketahui bahwa peningkatan bobot secara berlebihan pada anak dapat berakibat pada beban kerja jantung, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik, kelainan kulit, peningkatan angka kejadian sleep apnea sampai pada masalah psikologik. Faktor resiko kardiovaskuler dapat terjadi pada anak dengan riwayat anggota keluarga. 

Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada obesitas (1/100 penderita obesitas anak), gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat dengan hipertrofi adenotonsiler. Obtruksi saluran nafas intermiten pada malam hari dapat menyebabkan anak tidur tidak nyenyak dan gelisah sehingga keesokan harinya cenderung mengantuk. 


Selain itu,kegemukan pada anak juga cenderung menimbulkan gangguan ortopedik, yaitu tergelicirnya epifisis kaput femoris yang berakibat pada nyeri panggul dan lutut, keterbatasan gerak panggul serta penyakit blount. Kegemukan juga berakibat pada kesehatan kulit, terutama kulit pada bagian lipatan yang lebih sering menyebabkan timbulnya ruam, infeksi jamur karena kelembaban. Secara psikologik juga dapat mengganggu anak dalam pergaulan dengan teman sebayanya, timbulnya rasa minder dan sikap menyendiri.

Dalam penanganan masalah ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pada prinsipnya adalah pengurangan asupan energi dan peningkatan keluaran energi.
  1. Terapi konvensional, ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu : pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, mengubah pola hidup dan yang terpenting adalah keikutsertaan peran keluarga dan orang sekitar dalam proses terapi.
  2. Terapi intensif, terapi ini diterapkan pada anak dan remaja yang disetai penyakit penyerta dan tidak respon terhadap terapi konvensional. Terapi ini terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.