Aspergers Syndrom adalah merupakan salah satu tipe pervasive development disorder
(PDD). PDDs merupakan sekelompok kondisi termasuk keterlambatan
perkembangan keahlian dasar seperti keterampilan bersosialisasi dengan,
berkomunikasi dan menggunakan imajinasi. Sekilas, Asperger ini memang
mirip dengan Autis. Apalagi mengingat autis juga merupakan salah satu
penyakit PDD. Akan tetapi, anak-anak dengan Asperger’s syndrome pada
umumnya mempunyai fungsi lebih baik dibandingkan anak-anak autisme. Namanya diambil dari seorang dokter asal Austria yang bernama Han Asperger yang menemukan gejala tersebut pada tahun 1944.
Gejala Asperger’s syndrome
bervariasi dan mempunyai rentang dari ringan hingga berat. Gejala-gejala
umum seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan kekurangan dalam
bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu
melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh
rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik
perhatian mereka. Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca
aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang penyandang SA mengalami
kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang
(orientasi ruang dan bentuk).
Karena memiliki perasaan terlalu sensitif
yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka
lebih menyukai pakaian yang berwarna lembut (dan sering mendapat
serangan panik yang berlebihan seperti phobia terhadap warna-warna
tertentu yang biasa nya berwarna terang), makanan tertentu dan merasa
terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang
normal tidak dapat mendengar atau melihatnya.
Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang
dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya.Penting
untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang
berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang
disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja
berlaku kasar atau berlaku tidak sopan, dan yang lebih penting lagi,
adalah bukan dikarenakan ‘hasil didikan orang tua yang tidak benar’.
Gejala umum anak pengidap SA:
1. Gangguan keterampilan sosial. Anak-anak dengan Asperger’s syndrome
pada umumnya kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan seringkali
kaku dalam situasi sosial. Pada umumnya mereka sulit berteman.
2. Perilahu eksentrik atau kebiasaan yang
berulang-ulang. Anak-anak dengan kondisi ini kemungkinan melakukan
gerakan yang berulang-ulang, seperti meremas-remas atau memutar jari
tangan.
3. Ritual yang tidak biasa. Anak dengan Asperger’s syndrome kemungkinan mengembangkan ritual yang selalu diikuti, seperti mengenakan pakaian dengan urutan tertentu.
4. Kesulitan komunikasi. Orang-orang dengan Asperger’s syndrome
kemungkinan tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan
seseorang. Mereka mungkin bermasalah menggunakan ekspresi dan gerak
tubuh serta kesulitan memahami bahasa tubuh. Selain itu, mereka
cenderung bermasalah memahami bahasa dalam konteks.Walaupun anak-anak
penyandang SA biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima
tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa
dalam konteks sosial (pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata
yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam
berbicara /prosodi (tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam
berbicara)
5. Keterbatasan ketertarikan. Anak dengan Asperger’s syndrome
kemungkinan memiliki ketertarikan yang intens bahkan terobsesi terhadap
beberapa bidang, seperti jadwal olahraga, cuaca atau peta.
6. Masalah koordinasi. Gerakan anak dengan Asperger’s syndrome
kelihatan ceroboh dan kaku.Diperkirakan bahwa 50% – 90% dari penyandang
SA mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya. Motorik yang
terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah (locomotion),
kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan
tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama
serta daya mengikuti gerakan-gerakan.
Akan tetapi, orangtua yang memiliki anak
penderita SA tidak jangan berkecil hati. Karena dibalik kekurangan,
terdapat kelebihan. walaupun anak-anak pengidap SA ini memiliki
keterbatasan, akan tetapi mereka bukanlah anak yang cacat mental seperti
anggapan orang. Justru, dibalik kekurangannya, terdapat kelebihan yang
tersembunyi yang jika orangtua penderita SA bisa dapat menggali potensi
anak mereka tentu mereka akan bisa menjadikan anak yang membanggakan
dibalik keterbatasannya dalam berkomunikasi.
Anak-anak penderita SA mempunyai
konsentrasi yang sangat tinggi jika dibandingkan anak-anak lainnya. Jika
orangtua dapat mengarahkan mereka sesuai dengan minatnya, tidak jarang
anak-anak SA ini akan menjadi ahli dalam suatu bidang yang mereka
minati. Seperti, banyak anak dengan Asperger’s syndrome sangat berbakat di bidang tertentu, seperti musik atau matematika atau sains dll.
Bahkan, walau mereka kesulitan dalam
berkomunikasi, justru anak-anak pengidap SA (walau tidak semuanya) jika
diajarkan, mereka justru seperti kamus berjalan yang dapat menyerap
dengan cepat berbagai literatur bahasa walaupun kesulitan dalam
menggunakannya ditingkat pergaulan sosialnya. Perbendaharaan kata-kata
mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai
‘profesor kecil’.
Orang dengan gangguan Asperger paling
cocok bekerja dengan bantuan teknologi, terutama internet. Ilmu
komputer, teknik, ilmu alam juga merupakan pilihan karir yang tepat
karena memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi dan tidak begitu
memerlukan tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi seperti karir yang
berhubungan dengan interaksi sosial.